hidup di kos itu seperti punya kehidupan kedua. banyak kebiasaan baru yang dilakukan, temen-temen baru, keluarga baru, bahkan pacar baru. harus adaptasi lagi, menyesuaikan lagi, dan memulai hal baru lagi, terkadang mudah terkadang sulit. yaudah langsung aja deh yuk kita kenalan dulu sama kosan gue dan seluk beluknya.
Tata Ruang Kamar
kamar gue ga terlalu besar tapi ga kecil juga, kira-kira berukuran 3 x 4 meter dengan tambahan 3 x 2 meter + kamar mandi berukuran 2 x 1.5 meter waduh pusing nih angka semua. pokoknya cukup deh buat tidur berdua + tivi, kompor, kipas angin kecil dan lemari pakaian.
mungkin kamarnya emang kecil tapi yang bikin seru itu terasnya yang sangat luas yang bisa masuk 2 mobil parkir paralel di dalamnya. soalnya gue ngekos bukan di rumah kaya kontrakan tapi gue kaya nyewa kamar pada seorang pemilik rumah.
Pemilik Kos
nah, ini juga ga kalah penting nih. biar gue perkenalkan, pemilik rumah kos gue ini adalah sepasang sejoli jaman dulu yang masih awet hingga sekarang yaitu mbah Warno dan mbah Supartinah tapi gue biasa manggil dengan Bude Supartinah. mereka itu keluarga yang punya 7 anak dan 15 cucu dan 2 cicit. dengan mereka yang logat jawa tentunya rada klop dan sedikit lebih nyaman karena ya efek kesamaan ini soalnya gue pun terbiasa dengan adat hidup jawa.Pakde Warno adalah mantan pegawai PERURI yang udah pensiun, kalo dilihat dulu memang berpendidikan nggak tinggi-tinggi banget tapi yang keren yaitu ketujuh anaknya bisa kuliah semua, keren. Pakde ini orangnya kalem banget, sabar, tenang dan damai. tapi sayang gue harus melihat kepulangan pakde ke Rahmatullah disaat gue masih kuliah. pakde meninggalkan keluarga dan kita pada tahun 2013 silam. padahal gue masih pingin pakde dan bude ini bisa hadir lengkap pas gue wisuda nanti.
Bude Supartinah yaitu istri dari pakde Warno. beliau ini ibu rumah tangga biasa, pernah pergi haji tahun 2012. gue, pacar gue, dan temen kos gue udah tau kalo bude itu punya skill yang ga kita punya. bude bisa berbicara lebih banyak dari manusia normal lainnya. memang orangnya itu kelewat ekstrovert, rajin ngobrol dan ga segan buat menyapa orang asing yang lewat di depan rumahnya lalu menceritakan beberapa cerita. gue sama roomate gue udah kebal dan sering banget ngerasa deja vu soalnya bude kadang bercerita hal yang sama berulang ulang. selain itu bude juga punya ingatan baik tentang harga-harga barang-barang di kosan. keren. tapi biar gitu beliau ini peduli banget sama anak kosnya sering ngasih makanan, suplai alat rumah tangga kaya lemari,
pakde dan bude warno ini tinggal disini udah lama banget, dari zaman presiden Pak Suharto sampe Pak Jokowi doi tinggal disini. Mereka hidup rukun, damai, aman, sentosa, dan bahagia sampai usia mereka yang senja. mereka udah gue anggep kaya orang tua sendiri, bukan sebagai orang asing atau sebagai ibu kos yang kalo nagih uang kos itu garangnya kaya bodyguard presiden cuma ya kalo bude nagih uang kos ya siap-siap aja diteleponin mulu soalnya bude ini disiplin banget kalo tentang uang bahkan bude itu hapal semua harga barang yang ada di rumahnya sampai barang terlama yang pernah dia beli di zaman 80an.
Hidup mereka dan gue serta temen kos gue rukun dan damai, aman sentosa soalnya lingkungan dikosan gue itu termasuk aman. Helm disangkutin di motor yang tidak dikunci stang dengan pagar masih terbuka pun selamat sampai pagi tanpa ada lecet sedikitpun. Memang disini itu aman, selain itu warganya juga akur dan bermental baik.
Bude dan Pakde adalah pasangan yang manis sampai di tahun 2013 mereka berpisah karena pakde meninggal dunia. Pakde meninggal karena penyakit paru-paru yang dideritanya, setelah ditelisik lebih dalam ternyata Pakde itu perokok berat pada masa muda nya hingga pernah sakit lalu berhenti sampai sekarang. Pakde orang yang baik, santun, ga pernah marah di depan kami (gue dan temen kos gue). Kami kehilangan saat itu dan Bude sempat berubah (iyalah ditinggal temen hidup berpuluh tahun). Dari itu gue bisa pelajari sesuatu bahwa bude dan pakde karakter yang berbeda 180 derajat tapi mereka bisa satu dan awet sampai akhir. Serta jangan merokok, karena gue ga mau kalau di akhir hayat gue terbaring di rumah sakit karena sesuatu yang harusnya gue bisa indari sejak muda.
Sejak kepergian pakde, rumah jadi sepi, hampa, bude pun tak seceria dulu oleh karenanya keluarga pakde mengadakan rapat keluarga yang diputuskan bahwa anak bude tinggal disini bersama kami. Namanya Agus atau gue biasa manggil Mas Agus bersama istrinya Mbak Fifi dan anaknya Putri kelas 4 dan Azkiya yang baru itungan bulan. Hadirnya Azkiya nambah dan mengembalikan keceriaan di kosan kami. bude, Badruz, gue seneng banget sama anak yang satu ini.
Temen Kos
Temen kos adalah orang terdekat lo. Temen kos adalah orang yang tau bagaimana sifat lo dari bagus sampe jelek, temen lo berbagi cerita sampai berbagi kuah mie instan, temen yang tau kebiasaan lo saat tidur yang kebanyakan adalah yang paling diumpetin di muka umum. Temen kos itu udah kaya sodara sendiri.
Temen kos juga adalah orang yang bisa nerima lo apa adanya. Nggak banyak orang yang bisa langsung klop sama temen kosnya, orang yang paling tau sifat jelek lo. Hidup di tempat baru tentu akan membawa kebiasaan dan kepribadian lo yang paling natural dan ga sedikit orang yang pindah kosan hanya karena roomate nya ga sesuai sama diri mereka. ini tentang kecocokan dan adaptasi sih, intinya bisa nggak lo hidup bersama orang yang mungkin berbeda pola pikir sama kebiasaan hidupnya dengan lo.
Namanya Badruzzaman Wisnu Tomo atau gue biasa manggil dia Badus karena dalam nama dia ada dua huruf mati yang bertemu jadi ribet kalo manggil dengan panggilan "Druz". Dia ini seorang mantan anggota paskibra dan anak seorang Ajun Komisaris Polisi atau yang biasa disingkat AKP di mabes POLRI beuh serem ya. Gue dan Badruz punya latar belakang yang sama, gue ga lolos tes TNI dan Badruz ga lolos tes POLRI. kami menyebut diri kami adalah veteran yaitu seorang yang gugur dalam perjuangan hahaha.
Badruz ini orangnya beda secara sifat dari gue. Badruz orangnya itu Ekstrovert, sedangkan gue Introvert. Dia suka bola, gue nggak suka, gue suka makan daging, dia hampir vegetarian, Badruz itu bergerak secara cepat (terburu-buru), gue bergerak secara lambat (santai) karena hal ini bahkan bude kos gampang membedakan antara gue dan Badruz, selain karena porsi badan kita yang beda yaitu dengan cara menutup pintu. Kalo pintu pager tertutup secara keras berarti Badruz yang melewati begitu sebaliknya. Masih banyak hal yang berbeda dari kami akan tetapi selama ini tidak pernah manjadi masalah, yang diperlukan hanya toleransi dan memaklumi, karena bersama ga harus sama. (ciailah)
Sebagai roomate, gue dan Badruz sering banget berbagi mulai dari cerita, makanan, sampai kebiasaan. Ada beberapa kebiasaan Badruz yang sekarang gue ikutin sampe sekarang.
Pertama, Badruz itu suka banget sama korek kuping (cotton buds) buat dia itu benda yang hampir sama kaya rokok, bikin kecanduan dan tidak bisa hidup tanpanya. Bagi Badruz, ada fase dalam teori psikoseksual Sigmund Freud yang terlewatkan yaitu fase KUPING dimana kuping menjadi pusat kenikmatan seseorang setelah mulut pada fase bayi, anus pada fase balita, kelamin pada fase remaja dan buat Badruz ada fase kuping. Gue rasa dia bakal mematahkan teori ini hahaha. Karena seringnya Badruz korek kuping dengan cotton buds gue pun jadi suka korek kuping dengan cotton buds tapi ga sampai sefanatik dia.
Kebiasaan yang kedua adalah membawa handphone ke kamar mandi. Badruz itu suka bawa handphone ke kamar mandi buat sekadar membalas sms atau menyetel musik pengiring di kamar mandi. Sebelumnya gue nggak pernah membawa apapun ke kamar mandi selain handuk buat mandi. Sejak jadi temen kamar dia gue pun jadi sering bawa hape ke kamar mandi buat nyetel lagu, atau bahkan twitteran. loh.
Usut punya usut Badruz adalah orang pertama di psikologi yang gue kenal, waktu itu disaat daftar ulang dan kita ngobrol secara basa basi, kala itu dia daftar ulang bareng mantannya. Ga terasa gue sama Badruz juga jadi temen satu kelompok waktu OSPEK dan sampe sekarang jadi temen kamar.
Gue sama Badruz adalah karakter yang berbeda, saling toleransi dan memaklumi adalah kunci kebersamaan yang membuat perbedaan berdampingan. karena persahabatan itu bagai kepompong, maklumi teman hadapi perbedaan, begitu kata Sindentosca.
 |
| Ini Badruz |
Badruz ini orangnya beda secara sifat dari gue. Badruz orangnya itu Ekstrovert, sedangkan gue Introvert. Dia suka bola, gue nggak suka, gue suka makan daging, dia hampir vegetarian, Badruz itu bergerak secara cepat (terburu-buru), gue bergerak secara lambat (santai) karena hal ini bahkan bude kos gampang membedakan antara gue dan Badruz, selain karena porsi badan kita yang beda yaitu dengan cara menutup pintu. Kalo pintu pager tertutup secara keras berarti Badruz yang melewati begitu sebaliknya. Masih banyak hal yang berbeda dari kami akan tetapi selama ini tidak pernah manjadi masalah, yang diperlukan hanya toleransi dan memaklumi, karena bersama ga harus sama. (ciailah)
Sebagai roomate, gue dan Badruz sering banget berbagi mulai dari cerita, makanan, sampai kebiasaan. Ada beberapa kebiasaan Badruz yang sekarang gue ikutin sampe sekarang.
Pertama, Badruz itu suka banget sama korek kuping (cotton buds) buat dia itu benda yang hampir sama kaya rokok, bikin kecanduan dan tidak bisa hidup tanpanya. Bagi Badruz, ada fase dalam teori psikoseksual Sigmund Freud yang terlewatkan yaitu fase KUPING dimana kuping menjadi pusat kenikmatan seseorang setelah mulut pada fase bayi, anus pada fase balita, kelamin pada fase remaja dan buat Badruz ada fase kuping. Gue rasa dia bakal mematahkan teori ini hahaha. Karena seringnya Badruz korek kuping dengan cotton buds gue pun jadi suka korek kuping dengan cotton buds tapi ga sampai sefanatik dia.
Kebiasaan yang kedua adalah membawa handphone ke kamar mandi. Badruz itu suka bawa handphone ke kamar mandi buat sekadar membalas sms atau menyetel musik pengiring di kamar mandi. Sebelumnya gue nggak pernah membawa apapun ke kamar mandi selain handuk buat mandi. Sejak jadi temen kamar dia gue pun jadi sering bawa hape ke kamar mandi buat nyetel lagu, atau bahkan twitteran. loh.
Usut punya usut Badruz adalah orang pertama di psikologi yang gue kenal, waktu itu disaat daftar ulang dan kita ngobrol secara basa basi, kala itu dia daftar ulang bareng mantannya. Ga terasa gue sama Badruz juga jadi temen satu kelompok waktu OSPEK dan sampe sekarang jadi temen kamar.
Gue sama Badruz adalah karakter yang berbeda, saling toleransi dan memaklumi adalah kunci kebersamaan yang membuat perbedaan berdampingan. karena persahabatan itu bagai kepompong, maklumi teman hadapi perbedaan, begitu kata Sindentosca.
