Senin, 26 November 2018

Merantau di Bikini Batam

Halo,
Udah lama juga ya gue ga nulis blog. pertama karena kurang konten dan hidup gue ya reguler gitu-gitu aja, masa gue harus menuliskan hal yang sama berkali-kali.

Tapi pada kesempatan kali ini gue mau ceritain tentang kisah gue yang dipaksa merantau untuk pertama kalinya. nggak dipaksa juga sih, tapi ini penugasan dari kantor untuk melatih ke luar kota untuk beberapa bulan 3 bulan lebih tepatnya.

"Siap bersedia ditempatkan di mana saja di seluruh Republik Indonesia"

kira-kira begitu salah satu persyaratan yang harus diterima ketika ingin jadi seorang prajurit. Buat gue dulu menjadi prajurit adalah selalu siap sedia menerima perintah bahkan untuk ditempatkan di mana saja. untuk sekarang ? halah ngapain sih jauh-jauh nanti jauh dari rumah, jauh dari orang tua jauh dari temen dan jauh dari pacar. emangnya kita sudah tau di sana bagaimana kan belum. Kini buat gue paling males sama yang namanya deployment ke luar kota lah, ya kalau sekadar visit mah gapapa sehari dua hari lah ini harus menetap di luar selama beberapa bulan. 

Sebenarnya gue udah di tawarin untuk mengembangkan cabang cirebon kala itu, namun gue tolak dengan beberapa alasan diantaranya adalah yang tertulis di atas. Tapi untuk yang ini gue ga tau kenapa gue ga sepenuhnya nolak dan hati gue condong untuk "yaudah jalanin". Akhirnya gue pun ditunjuk untuk terbang ke Batam, kepulauan Riau. Bahkan gue aja ga tau gimana kultur dan kehidupan di Batam, gue hanya tau Batam tempat jualan barang blackmarket yang pada akhirnya gue belum tau dimana bisa gue dapet blackmarket di kota ini. yaiyala gue baru dua hari.

Sebenernya keputusan untuk mengiyakan ini gue diskusi ke temen-temen deket gue, orang tua, dan pacar gue. beberapa dari mereka mendukung dengan alasan buat cari pengalaman begitu pun orang tua gue mengatakan hal yang sama meskipun awalnya agak takut untuk melepas gue. Gue paham kenapa orang tua gue takut, karena ya gue ga pernah kemana-mana apalagi sendirian. bahkan ke luar kota aja jarang banget, apalagi ke luar pulau. eh ke luar pulau pernah deng ke Lampung tapi itu juga dalam rangka kondangan dan masih ada sodara lah ini sodara aja ga ada.

Persiapan

Demi apapun, di PHP in itu ga enak. Kaya yang gue alamin sebelum keberangkatan gue ke Batam. Gue hanya diberi info, "Nanti pertengahan September kamu ke Batamnya ya !". oke pak siap, lalu gue pun mengosongkan jadwal ini itu, merayakan kebersamaan dengan teman-teman dengan hangout dan nonton bioskop tapi sampai bulan september habis pun gue tak kunjung berangkat. padahal udah nanyain mulu temen2 gue dan orang tua gue. 

"Kamu kapan sih berangkatnya ?" 

"jadi berangkat ga sih ?"

gue cuma bilang, "Ga tau, make"

Karena emang gue ga tau kapan gue harus berangkat, nanti gue tinggal dimana, sama siapa, nanti kerjanya di mana bla bla bla. gue hanya siapin mental doang. amatir sekali.

2 hari sebelum keberangkatan gue dikirimin tiket pesawat elektronik sama temen gue yang berhubungan dengan kontak gue nanti di Batam. Akhirnya gue pun berkemas mempersiapkan baju yang mau gue bawa, apa-apa aja yang perlu gue bawa, sering ketemu sama pacar gue untuk menghabiskan waktu-waktu bersama. 

Ketika hari H berangkat gue masih perlu untuk datang ke kantor untuk meeting terakhir dan pengarahan sama bos gue. Di sini sih momen paling haru dari kisah ini. gue pun pamit dengan hati yang sedih dan takut sejujurnya. Gue ga bisa tidur semalam sebelum pergi memikirkan keberangkatan gue di sana. gue ga pernah kemana-mana, ga tau daerahnya, ga kenal siapa-siapa. Hingga pagi menjelang koper udah gue siapin dan gue kunci pake gembok kecil serta beberapa tentengan yang gue masukin ke dalam tas gue. 

Pertama gue pamit sama nyokap gue yang lagi di pasar, yah seperti biasa dapat ciuman kasih sayang yang biasa emak gue kasih kalo lagi seneng atau momen-momen spesial kaya waktu wisuda, waktu pertama kali ngekos pas kuliah, bahkan emak gue nyium pacar gue dengan cara yang sama waktu pertama kali gue ajak dia ke rumah untuk gue kenalin. 

Setelah gue pamit sama nyokap, selagi gue nunggu go-car gue yang lagi menuju tempat penjemputan gue pamit sama bokap lalu gue sedikit terharu karena gue pas sungkem sama bokap lalu beliau membacakan jampi dan doa-doa yang dibacanya secara sirr mungkin tujuannya agar anaknya diberikan perlindungan dari hal-hal yang tak diinginkan selama di tanah orang. Sungguh gue terharu dan momen yang spesial buat gue.

Gue ga pernah naik pesawat ! gue harus kemana ini !!


"Mba, ini penerbangan pertama saya. saya harus kemana ya ?"

lalu gue pun diarahkan untuk ke petugas keamanan bandara untuk security check. Taruh tas, lepas gesper dan lain-lain. Gue ga tau gue harus kemana dan gue hanya benar-benar mengikuti orang. ke loket check-in, nunggu di lounge, naik ke pesawat, semuanya ngikutin orang. untung aja yang gue ikutin orang yang benar.

"Mas, terbang sendiri atau sama keluarga ?"

"Sendiri"

"Boleh minta kesediaannya untuk duduk di sini ?"

"Oh iya"

dan gue baru menyadari gue duduk di PINTU DARURAT KALO PESAWAT JATOH. FAAK NANTI GUE HARUS GIMANAA MENYELAMATKAN NYAWA MEREKA! gue pun selama pramugari memeragakan keamanan gue hanya melihat kartu keselamatan dan cara ngebuka pintu daruratnya. bismillah deh bertawakal

"Cabin crew, prepare for take off" 

dan gue pun nggak berhenti berdoa sepanjang waktu. lalu throtle pun didorong full power gue pun terdorong ke sandaran bangku dan makin kenceng juga doa gue. di kepala gue hanya berdoa, critical eleven, ayat kursi, tawakal, dll. panik banget padahal gue sering main simulator pesawat di laptop. sambil baca doa gue mengira kapan kira-kira sang captain harus mengangkat pesawatnya sama seperti gue yang sering mainin dan ketika sudah melebihi 200 knot badan pesawat pun terangkat dan pilot langsung memiringkan sayap ke kanan disaat itu gue melihat ke luar jendela hanya awan yang terhampar luas sambil hati terharu dan hampir meneteskan air mata, finally I fly. cita-cita gue sejak kecil. 

1 jam 35 menit ditempuh dengan selamat, lalu kami pun dipersilakan turun dan gue membantu seorang nenek berjalan dengan menuntun beliau sampai ke lobby. terus nenek itu berkata, 

"Tangannya dingin banget, dek"

"Iya bu, saya takut setengah mati di pesawat" dalam hati.

Sesampainya di Bandara Hang Nadim (BTH) gue nyelonong aja keluar, sampai gue inget  OH IYA GUE BAWA KOPER ! balik lagi dah tuh ke dalem sambil nyari bingung ngambilnya dimana. eh ada orang pada ngumpul dan gue kembali NGINTILIN (untung bukan pake O nanti jadi NgintiLON) dan gue ikutan ngumpul deh tuh eh iya bener koper nya keluar di van belt nya hahaha norak gue. setelah koper gue bawa, gue nunggu di kedatangan dan ga lama pun gue ketemu sama kontak gue bu Lenny dan langsung ngobrol di mobil.

"Kak ini kantor kita ya, kosan kamu ga jauh. sampai ketemu besok ya di kantor" kata kak Ika trainer seniornya bu Lenny di Batam.

Sesampainya di kamar kosan gue pun ngabarin orang tua dan pacar gue. Alhamdulillah gue sampai dengan selamat di tanah Batam dan petualangan pun dimulai. (tbc)

0 komentar:

Posting Komentar